Minggu, 19 Februari 2012

chasany,,,,



PAYA GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR


MAKALAH ILMU PENDIDIKAN TENTANG UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi yang optimal dapat tercapai jika guru mampu siswa dan sarana pengajaran serta mengedalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha pengorganisasian lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses belajar (Uzer Usman, 1988:6).
Dari kutipan di atas mengandung makna bahwa gurulah yang mengatur mengawasi dan mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar yang berarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Syarifudin Nurdin bahwa guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran (Syarifudin Nurdin, 2002:1).
Di samping itu pula guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuannya (Uzer Usman, 1998:10). Dari beberapa keterangan di atas telah menunjukan betapa pentingnya suatu pengelolaan kelas yang baik agar tercapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak baik terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik. Karena dorongan itulah maka perlu adanya suatu penelitian yang mengamati tentang usaha apa yang akan dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas maka dalam penelitian ini penulis mencoba mengamati guru dalam mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar.

B.    Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian diatas,timbul beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.  Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas ?
2.       Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah dasar ?
3.         Bagaimana memanfaatkan efektifitas waktu belajar siswa ?

C.   Tujuan Pembahasan

Dari uraian diatas,penulis mempunyai tujuan pembahasan,diantaranya sebagai berikut
1. Mencoba meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya
2. Mahasiswa mencoba melaksanakan tugasnya sebagai calon pendidik (Guru) untuk memberikan beberapa variasi metode belajar,guna menghindari kejenuhan siswa dalam belajar.
3. Meningkatkan produktifitas waktu belajar siswa,guna tercapainya efektivitas belajar siswa.

D.   Metode Pembahasan
Metode yang di gunakan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini adalah metode studi pustaka, yaitu mengutip, menyusun serta merumuskan kembali pernyataan para ahli






BAB II
KAJIAN TEORITIS
1)    Hakikat Guru Sebagai Pembimbing Belajar Dan Pendidikan
Sebagai mana telah diuraikan pada pendahuluan, bahwa mendidik ialah meminpin anak ke arah kedewasaan, jadi yang kiata tuju dalam pendidikan ialah kedewasaan si anak. Tidak mungkin Seorang pendidik membawa anak kepada dewasanya bukan hanya dengan nasihat-nasihat, perintah-perintah, anjuran-anjuran dan larangan-larangan saja. Melainkan yang utama ialah dengan gambaran kedewasaan yang senan tiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya didalam pergaulan mereka (antara pendidik dan anak didik).
Seiring berjalannya waktu suatu pendidikan berubah mengikuti perkembangan jaman. Sehingga sampailah pada saat dewasa ini, guru bukan merupakan satu-satunya kontrol sosaial, melainkan dalam hal ini guru mempunyai posisi sebagai pasilitator setelah menjalankan fungsinya sebagai pelatih, pengajar dan pembimbing.
Manusai sejak lahir sudah di anugrahi fitrah, untuk membina dan mendidik serta melatih anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Ini digaskan dalam Al- Qur’an QS. Ar-Rum ayat 30. Artinya : Maka hendaklah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah Fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Depag RI (992: 615).
Ø  Kode Etik Guru
Kode etik dapat diartikan tatalaksana pelaksana guru dalam Mengembangkan misi pendidikan. Adapun kode etik tersebur :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk pembangunan yang ber-Pancasila.
a. Guru menghendaki hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-masing.
b. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmaniah dan rohaniah) bagi anak didiknya.
c. Guru harus menghayati dan mengamalkan Pancasila.
d. Guru dengan bersungguh-sungguh mengintensifkan Pendididkan Moral Pancasila bagi anak didiknya.
e. Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina daya kreasi anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun.
f. Guru membantu sekolah di dalam usaha menanamkan pengetahuan keterampilan kepada anak didik.

2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak didiknya masing-masing.
b. Guru Hendaknya luas di dalam menerapkan kurukulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru memberi pelajaran di dalam menerapkan kurikulum tanpa membeda-bedakan jenis dan posisi orang tua muridnya.

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
a. Komunikasi guru dan anak didik di dalam dan di luar sekolah dilandaskan pada rasa kasih saying.
 b. Untuk berhasilnya pendidikan, maka guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakang keluargannya masing-masing
c. Komunikasi guru ini hanya diadakan semata-mata untuk kepentingan pendidikan anak didik.

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah berada dan belajar di sekolah.
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat terjalin pertukaran informasi timbal balik dengan anak didik.
c. Pertemuan dengan orang tua murid harus diadakan secara teratur.


Guru sebagai pembimbing, pengajar dan pendidikan
Banyak diantara guru yang merasa bahwa pekerjaan sebagai guru adalah rendah atau hina jika dibandingkan dengan pekerjaan kantor atau bekerja disuatu PT. Hal ini di sebabkan pandangan masyarakat terhadap guru masih sempit dan ficik, suatu pandangan yang umumnya yang bersifat meteriallistik, hanya pada keduniawian belaka.
Dari uraian dimuka telah jelas bahwa pekerjaan guru itu berat, tetapi luhur dan mulia. Tugas guru tidak ada “mengajar”,teapi juga “mendidik”.maka untuk melakukan tugas sebagai guru,tidak sembarangan orang dapat menjalankannya.sebagai guru yang baik harus memiliki syarat-syarat yang di dalam undang-undang No 12 tahun 1945 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia,pada pasal 15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut:
“Syarat utama untuk menjadi guru,selain ijazah dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani,ialah sifat-sifat yang yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3,pasal 4 dan pasal 5 undang-undang ini”
Di samping persyaratan diatas,tentu masih banyak syarat yang lain yang harus dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru mendatangkan hasil yang lebih baik.
2)     Manajemen Waktu Belajar Siswa
Waktu belajar merupakan masa dimana para siswa mendapatkan pengajaran. Suatu tujuan pendidikan akan senantiasa dapat tercapai dengan baik apabila di tunjang oleh alokasi waktu yang baik,akan tetapi efektivitas waktu bukan satu-satunya factor penunjang keberhasilan pendidikan.lingkungan sebagai bentuk pendidikan informal juga dapat mempengaruhi terwujudnya suatu tujuan pendidikan. Proses pendidikan senantiasa harus mengacu kepada manajemen atau alokasi waktu yang baik.hal ini berarti waktu sebagai Batasan (kontrol) proses berjalannya suatu pendidikan.
3)     Proses belajar mengajar
1.    Pengertian belajar
Terdapat berbagai sumber mengenai pengertian belajar,diantaranya sebagai berikut
a. menurut Reber pengertian belajar di bagi ke dalam dua definisi ,yaitu:
“Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan”
 “Belajar merupakan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatip langgeng sebagai hasil latihan,” (Muhibbin Syah:1995:90)
b. Menurut Sardiman (1986:23) bahwa “Belajar adalah proses interaksi natara diri manusia berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori”.
c. Menurut Hoard kinglay (1957:12) bahwa “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di rubah melalui pratek dan pengalaman”.
2.    .Kesiapan Belajar
Setiap bahan pelajaran dapat diajarkan pada anak secara epektif bila sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut ada tiga masalah penting berkenaan dengan penyesuaian bahan ajar dengan perkembangan anak diantaranya sebagai berikut
a.    Perkembangan intelak
Hasil penelitian berkenaan dengan perkembangan intelek anak menunjukan bahwa tiap tingkat perkembangan mempunyai karakteristik tertentu tentang cara anak melihat lingkungannya dengan cara memberi arti bagi doiri sendiri.
b.    Kegiatan belajar
c.    Dalam mempersiapkan bahan pelajaran Biasanya kita susun bahan pelajaran yaitu yang umumnya disebut sebagai satuan pelajaran.
d.    Sepiral kurikulum
Kurikulum bukan sesuatu yang setatis tertutup, tetapi merupakan sepiral terbuka. Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk disekitar prinsip-prinsip, masalah-masalah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kurikulum selalu membutuhkan baik anak didik maupun masyarakat sekitarnya.
3.    Minat dan motif belajar
Pembangktan motif belajar pada anak, sukar dilaksanakan apabila proses belajar lebih menekankan pada satuan kurikulum,sistem kenaikan kelas,sistem Ujian,serta menekankan kontiunitas dan pendalaman belajar.
Mengenai pemusatan perhatian dan minat belajar terletak dalam sustu kontinum yang bergerak dari sikap apatis atau tidak menaruh minat sampai dengan yang sangat berminat.Minat atau perhatian ini sangat erat kaitannya dengan proses belajar siswa di sekolah. Pembangkitan minat belajar siswa ada yang bersifat sementara (jangka pendek).dan ada juga yang bersifat menetap (jangka panjang).
Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membangkitkan belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pelajaran yang berarti pada anak menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk menemukan (Discovery),menerjemahkan apa yang dapat diajakan dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.





BAB III


PEMBAHASAN

A.    Komponen Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana telah di kemukakan pada uraian bab II, bahwa belajar merupakan, suatu proses perubahan tingkah laku indifidu melalui interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamaliah, 1978:50). Ini berarti proses tercapainya suatu tujuan pendidikan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: bentuk pendidikan  metode pendidikan, bahan kajian pendidikan, profesionalisme pendidik (Guru). Maka dalam kesempatan ini penulis mencoba memaparkan beberapa upaya dalam meningkatkan kinerja guna tercapainya prestasi belajar yang membanggakan.
Bentuk pendidikan baik informal (Lingkungan), non formal (keluarga), maupun formal (Sekolah) merupakan salah satu penunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan maka dalam hal ini pendidikan memberikan stimulasi yang kuat terhadap proses pembelajaran itu sendiri bentuk pendidikan tertentu akan sangat mempengaruhi pembelajaran siswa di sekolah sebuah bentuk pendidikan yang memegang erat tujuan pendidikan nasional senantiasa akan mencapai tujuan itu sendiri dengan baik.
Pendidikan ialah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkembangannya ke arah dewasaan. M. Ngalim Purwanto (1998:19) bahwa tujuan pembelajaran di sekolah ialah membawa anak pada kedewasaannya , yang berarti ia hurus dapat menentukan diri sendiri dan tanggung jawab sendiri.
Namun pada kenyataannya di lapangan anak belum mengenal diri sendiri “Aku” baru pada puberitas anak mulaa mengenal “Akunya”, mulai Memilih dan mengenal nilai-nilai hidup.
B.                 Proses Belajar Siswa
Kegiatan belajar tidak dapat di lepaskan dari belajar, karena keduanya merupakan dari dua sisi dari sebuah mata uang. Hawa Syaodih (2005:131).
belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Apa bila kita mengkaji teori-teori belajar pada bab II, hampir seluruhnya di kembangkan atau bertolak diri dari belajar.
1.    Belajar intuitif merupakan Pengamatan menunjukan bahwa dalam berbagai kegiatan belajar penelitian di sekolah, tekanan lebih banyak diberikan pada kemampuan untuk memformulasikan secara eksfisit, dan pada kemampuan anak memproduksikan penguasaan anak secara verbal dan numerical. Berpikir intuitif tidak memiliki langkah-langkah yang dapat di rumuskan secara pasti dan teliti, lebih merupakan suatu monuver yang di dasarkan pada persepsi inplisif dari keseluruhan masalah.
Intusi adalah penguasaan dan pengenalan tak langsung dengan menggunakan metode formal analisis dan pembuktian-pembuktian.
2.    Belajar bermakna Ausubel Robinson (1969) membedakan dua dimensi dari proses belajar, yaitu dimensi cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dalam struktur ide yang telah ada.
Dalam belajar menerima keseluruhan bahan pelajaran di sejikan kepada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna, pada proses pembelajaran discovery learning (mencari) karena bahan pelajaran di sajikan belum selesai, maka si pelajar harus mencari menyelsaikan sendiri.
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu stuktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Stuktur kognitif adalah segala pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan belajar yang lalu.
Syarat dalam proses pembelajaran bermakna adalah:
a. Materi yang di pelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif secara beraturan karena adanya kesamaan isi.
b. Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
c. Siswa harus mempunyai kemajuan atau motif untuk menghubungkan konsep tersebut dengan stuktur kognitifnya.
Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang punya makna, penuh arti, jelas nyata pembedaannya dengan yang lain. Dengan belajar bermakna, siswa akan menguasai dan Mengingat konsep-konsep inti.
Maka merupakan isi dari stuktur kognitif,yang terjadi karena materi yang memiliki kebermaknaan potensial di satukan dengan struktur kognitif.

C.                Kesiapan Belajar
Bahan pelajar diajukan kepada anak semua efektif bila sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut. Mengerjakan suatu bahan pelajaran kepada anak adalah memprensentasikan strutur bahan pelajaran sesuai dengan cara anak memandang atau mengartikan bahan pelajaran tersebut. Pengajaran merupakan suatu translation suatu dugaan umum bahwa ide atau konsep dapat di sepresikan dengan sebenar –benarnya dan sebaik-baiknya dengan tingkat anak pada tingkat usia tertentu.
Menurut Piaget (2005:142) ada empat tingkat perkembangan anak, yaitu
a. Tingkat sensory motor: masa lahir sampai dengan 2 tahun merupakan tingkat perkembangan kemauan bergerak dan merespon terhadap rangsangan.
b. Tingkat preoperasional: masa 2 sampai 7 tahun yaitu bentuk hubungan antara pengalaman dengan kegiatan.
c. Tingkat anak sekolah: masa 7 sampai 11 tahun merupakan tingkat operasional yang berbeda dengan tingkat pertama yang semeta-mata aktif.
d. Tingkat formal operation: masa 11 sampai 14 thun, merupakan kegiatan intelektual anak di usia ke atas kemampuan berpariasi pada tingkat hepotesis dan bukan lagi pada tingkat pengalaman atau terbatas pada apa yang telah dikenalkan.

Sebuah proses pembelajaran siswa akan senantiasa efektif apabila di tunjang oleh beberapa komponen pendidikan diantaranya sebagai berikut:
1.    Perencanaan pengajaran
Perencanaan di maksudkan agar program pengajaran Hendaknya dapat menjadikan guru lebih siap dalam mengajar dalam perencanaan yang matang. Dalam pengajaran sekurang-kurangnya harus mempersiapkan hal-hal tersebut:
a. Tujuan
b. Bahan pelajaran
c. Kegiatan belajar mengajar
d. Metode, media dan sumber
Mengenai kelima komponen ini Seorang guru dituntut untuk dapat mempersiapkan atau membuat perencanaan pengajaran dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kebutuhan siswa serta perkembangan intelektual dan imosionalnya.
2.     Penyesuaian program dengan situasi kelas
Program pengajaran adalayh pengembangan kurikulum pada taingkat kelas yang dalam pelaksanaannya yang bersipat plesibel ini berarti perkembangan kurikulum tingkat intitusi pengembangan kurikulum tingkat bidang studi (GBPP), termasuk perkembangan kurikulum tingkat kelas (Program Pengajran), dalam pelaksanaannya menghendaki penyesuaian, antara lain dengan situasi kelas.
Pentingnya penyesuaian program pengajaran ini dengan situasi kelas ini karena digunakannya asas lingkungan.
3.    Penyesuaian jenis interaksi belajar mengajar
Hal yang penting untuk di perhatikan guru kelas perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran ialah interaksi belajar mengajar yang berlangsung selama proses belajar mengajar. Yang perlu mendapat perhatian guru selama dilaksanakannya program pengajaran dalam hal interaksi belajar mengajar ini ialah penggunaan berbagai jenis interaksi belajar mengajar ke arah yang optimal dengan demikian, interaksi belajar mengajar yang berlangsung tidak hanya guru kepada siswa saja, tetapi juga interaksi timbal balik antara guru dan siswa.








BAB IV
PENUTUP
1.     Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas,maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
1. Profesionalisme Guru dalam mengalokasikan waktu belajar siswa didorong oleh rasa tanggung jawab mereka sebagai tenaga pendidik yang harus mencapai tujuan pendidikan semaksimal mungkin yang sesuai dengan GBPP yang berlaku
2. Proses belajar mengajar yang di tunjang oleh loyalitas dan disiplin tinggi akan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lancar dan kondusif. Hal itu karena tidak lepas dari peranan yang besar dari guru-guru dalam mengelola kelas
3. Untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa,perlu adanya Variasi metoda pembelajaran siswa, guna membangkitkan minat dan bakat belajar siswa dalam kaitannya dengan pendidikan Nasional.
2.     Saran
1. Hendaknya guru-guru yang mengajar lebih meningkatkan lagi peranannya dalam pengelolaan kelas, sehingga dengan demikian akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
2. Hendaknya untuk kelancaran KBM, para siswa juga ikut berperan aktif dalam KBM sehingga akan terjalin suatu hubungan yang harmonis antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.
3. Untuk kelancaran KBM hendaknya lembaga menyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mengajar.







DAFTAR PUSTAKA




Soetjipto, Prof; M.Sc, Kosasi, Raflis, Drs. 2002. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
www.google.com
Diposkan oleh NOR FAJERI di 5:13 PM


























Keseragaman dan Kesederajatan Manusia




                                                                                                               
                                                                                                          





DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Manusia Keseragaman dan Kesederajatan
            A. Pendahuluan
            B. Keseragaman Manusia
            C. Manusia sebagai Subjek dan Objek
            D. transformasi Budaya dan Sasaranyya.
BAB II Faktor-faktor pengaruh keseragaman dan kesederajatan manusia
            A. Pengetahuan yang positif dan produktif.
            B. Keadilan Manusia dan Keadilan Tuhan
            C. Melestarikan Keseragaman dan kesederajatan
            D.  Masalah keseragaman dan kesederajatan
BAB III Penutup
            Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
  KATA  PENGANTAR


            Dalam Undang-Undang NO. 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan Nasional, bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian, mandiri serta bertanggunga jawab.
          Keseragaman manusia dan Kesederajatan merupakan masalah yang sangat rumit, salah satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia makhluk monodualis jiwa raga, dari aspek jiwa manusia memiliki cipta, rasa, dan karsa sehinga dalam tingkah lakunya mampu mempertimbangkan. Nilai-nilai yang terkandung dalam keseragaman dan kesederajatan manusia akan membawa manusia pada potensi sebagai makhluk yang piling sempurna, dengan keistimewaan manusia menyebabkan manusia perlu keseragaman dan kesederajatan agar dapat memikul amanah sebagai kholifah yang bermoral dimuka bumi ini.
          Perbedaan dari kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat yang lain ini akan menyebabkan lemahnya mental dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu, manusia dilengkapi oleh potensi-potensi yang berupa kekuatan fisik, potensi mental meliputi akal bentuknya,kelebihan akal fikirnya, kewajiban berbakti dengan Tuhan dan potensi berupa qolbu hal ini menjadikan manusia bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Tuhan secara spiritual.

Surakarta,Oktober 2009

 Penulis               





BAB 1
MANUSIA KESERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN

A. PENDAHULUAN
          Masalah keseragaman dan kesederajatan manusia sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari hal ini erat kaitanya dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia yang bermacam jenisnya dan bentuknya, mereka menyadari bahwa keseragaman sangat diperlukan guna mencapai masyarakat yang sehat, damai, tentram,dan aman dan untuk mewujudkan ini semua perlu adanya pendekatan baik melalui ekternal maupn internal, Hakekat manusia merupakan masalah yang sangat rumit maka perlu adanya kesedaran yang tinggi untuk membentuk manusia yang bermoral mengingat potensi-potensi yang ada pada manusia sebagai mahkluk yang semprrna,maka kesederajatan sebagai manusia akan mudah tercapai.

B. KESERAGAMAN MANUSIA
            Hakekat manusia sama berasal dari Tuhan pencipta segala mahkluk dan alam semesta. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia diberi akal perasaan dan kehendak yang menyatakan kesempurnaannya sebagai makhluk budaya. Makhluk yang sifatnya menginginkan yang benar, dan yang bermanfaat bagi kehidupan bersama sesuai dengan kemampuannya. Sifat ini manusiawi semua manusia diciptakan sama memiliki kodrat. Kesamaan tersebut menunjukan eksistensiuniversal manusia dimana saja, oleh karena itu hakekat manusia itu sama. Namun dalam menhadapi lingkungan alam dan social manusia tadak hanya mewujudkan kesamaan tetapi juga ketidaksamaan dan ketidakseragaman, yang diungkapkan dalam berbagai bentuk dan corak fikiran, perasaan, perbuatan dan hasil fikiran serta perbuatannya.
          Karena manusia itu makhluk social yang menharuskannya hidup bermasyarakat, maka corak fikiran , perasaan, dan perbuatan yang tidak sama atau tidak seragam akan menhasilkan penilaian dan nilai-nilai yang disatu sisi bermanfaat dan menguntungkan sedangkan dilain sisi tidak bermanfaat dan merugikan kehidupan bersama. Untuk mengontrol corak pikiran, perasaan dan perbuatan mana yang manusiawi dan mana yang tidak manusiawi, manusia sebagai makhluk budaya berupaya menciptakan kesatuan pandangan. Kesatuan pandangan merupakan kesepakatan bersamadan diakui sebagai nilai-nilai kemanusiaan yang dijadikan pedoman hidup bersama.

C. MANUSIA SEBAGAI SUBJEK DAN OBJEK
          Dalam pengkajian masalah keseragaman, manusia menempati posisi ganda,artinya manusia tidak hanya sebagai subjek(pelaku) tetapi juga sebagai objek (sasaran). Masalah ini diarahkan pada :
       • diri manusia sendiri dan nilai-nilai kemanusiaan.
          hubungan manusia manusia, hubungan manusia dengan alam, dan                               hubungan manusia dengan Tuhan sang pencipta.
Atas  dasar terbut akan dapat dipahami sikap dan perbuatan manusiawi dan tidak manusiawi, sesuai dengan etika pergaulan dan sesuai dengan hokum.Beranjak dari diri manusia sendiri akan terunkap gambaran berbagai macam pola hidup manusia untuk mencapai keseragaman dan kesederajatan, penkajian diri manusia sendiri juga akan mengungkapkan berbagai aspek kehidupan manusiawi. Aspek kehidupan manusiawi ini diungkapkan melalui sikap dan perbuatan yang sesuai dengan system nilai budaya sebagai pedoman hidup, yakni saling menyayangi, melindungi, menghargai, menguntungkan, menyenangkan, dan membahagiakan yang dirasakan sebagai keindahan hidup.

D. TRANSFORMASI BUDAYA DAN SASARANNYA
a. Transformasi budaya
          Dalam tinjauan pendidikan dimaknakan sebagai fungsi penerus budaya tentang beberapa hasil kehidupan maupun akumulasi budaya , tagas manusia dalam hal ini dalah melengkapkan diri dengan material budaya agar dapat hidup dimasyarakat. Sebagai proses untuk mengarahkan dan mengatur manusia agar dapat mentranspormasikan diri dan dapat menerima budaya-budaya yang lain dengan menghargai nya. Diakui dalam masyarakat yang didalam nya terdapat keragaman budaya akan sangat sulit untuk menumukan keseragaman, namun dengan perkembangan yang ada sekarang ini pendidikan yang brtfungsi sebagai transmisi budaya sehingga nilai- nilai budaya dapat diselaraskan dengan norma-norma yang ada.

b. Klasifikasi Sasaran
          Lingkungan merupakan salah satu unsure dalam menentukan keseragaman dan kesederajatan. Memahami lingkungan tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan konsepsi pendidikan itu sendiri, mengapa demikian ? pendidikan merupakan proses untuk membentuk manusia menjadi manusia yang beradap, bermoral dan bertaqwa. Dari sini manusia akan berjalan untuk menghadapi berbagai macamjenis kehidupan untuk mencapai taraf hidup seimbang dari masyarakat satu dengan masyarakat yang lain, mengingat manussia adalah makhluk tang paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan untuk saling menyayangi,memahami,dan  menghormati satu sama lain. dimana untuk mencapai keseragaman dapat dimulai dari :
diri sendiri sebagai manusia
lingkungan keluarga
lingkungan sekolah,kelompok,organisasi dan instansi lainnya
  lingkungan masyarakat /umum

a. diri sendiri sebagai manusia
          Sebelum melangkah lebih jauh manusia sebagai subjek( pelaku ) mampu menyesuaikan diri sebagai manusia dalam bentuk pendekatan- pendekatan diantaranya hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubugan terhadap Tuhan ( agama ) terutama tentang keagamaan nya agar dapat mencetak pribadi yang baik, pribadi yang mampu membedakan diri kita sebagai manusia dengan ciptaan nya lain. Karna dalam diri manusia terdapat unsure-unsur yang teriri dari jasmani dan rohani.
b. Lingkungan keluarga
          keluaga merupakan linkungan pertama bagi manusia dalam memproses prilaku, dilingkungan keluargalah pengaruh-pengaruh akan muncul tergantung pada bimbingan dalam keluaga, karena keluaga merupakan lembaga tertua yang bersifat informa dan kodrati. Lingkungan keluarga berfungsi :
membentuk dasar moral
menanamkan dasar sosial
mencetak pribadi yang beriman dan bertaqwa ( agama )

c. Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan resmi dalam meyelanggarakan secara berencana, sengaja, terarah, sistematis yang dikemas secara terprogram. Disekolah inilah akan Nampak keseragaman dan kesederajatan manusia sebagai makhluk yang berakal, dengan aturan atau norma-norma yang diberlakukan disekolah yang berfungsi menyeratakan dan tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lainnya, misalnya ekonomi tinggi dengan ekonomi rendah. Contohnya dalam berpakaian sekolah dan administrasi lainya. Peranan dan fungsi sekolah ini untuk:
          membantu keluarga dalam mendidik.
          memberikan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap secara lengkap                       sesuai yang dibetuhkan.

d. Lingkungan masyarakat
masyarakat sebagai lembaga ketiga setalah lembaga pendidikan formal (sekolah ) akan memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam proses pembentukan kepribadian manusia.Lingkungan masyarakat berperan sebagai pematangan apa yang telah di terima dalam lingkungan sekolah dan keluarga, kegiatan ini meliputi:
       •  perkembangan rasa social dalam komunikasi dengan orang lain
       •  pembinaan sikap dan kerja sama dengan anggota masyarakat
       •  pembinaan ketrampilan dan kecakapan khusus yang belum didapat




BAB II
FAKTOR-FAKTOR PENGARUH KESERAGAMAN
 DAN KESEDERAJATAN MANUSIA



A. PENGETAHUAN YANG POSITIF DAN PRODUKTIF

a. Pengetahuan yang Positif dan produktif
           Tentukan dahulu pengetahuan dan tujuan yang akan diproses, setelah itu tetapkan tijuan hidup serta sasaran sebagai acuan hidup yang setiap manusia menginginkan keseragaman atau kesamaan dalam menjalani kehidupan karena manusia itu sama derajat dan martabatnya jadi memiliki keinginan yang sama, misi dan visi yang sama pula . tetapi untuk memperoleh keseragaman dan kesederajatan ini memerlukan proses tersendiri.mengingat budaya global yang sekarang ini semakin mengglobal ini rasanya sulit bagi manusia untuk berdiri sendiri.
          Kemajuan teknologi  berperan dalam mengubah budaya yag terus mengglobal, banyak alat-alat yang dibuat dibeberapa tempat sebelum menjadi produk yang kita gunakan. Dalam waktu yang tidak lama lagi dipredisikan bahwa tidak aka ada lagi budaaya yang murni budaya setempat, hal-hal yang berpengaruh besar terbentuk nya budaya  global diantaranya pengunaan alat komunikasi dan elektronik seperti: televise, flim, video, dan internet yang dapat menyebarkan suatu berita dengan cepat dan masih banyak yang lain nya seperti munculnya organisasi dunia dibidang ekonomi seperti :APEC, WTO, OPEC dan kebudayaan lainnya yang memicu keseragaman dan kesederajatan manusia.
         

          Dalam mencapai pengetahuan yang positif akan lebih sulit dari pada pengetahuan yang negative, ini dapat kita pelajari melalui :

  belajar dari pengalaman diri sendiri
  belajar dari pengalaman orang lain
 belajar dari buku, audio book dan internet
•  pergaulan yang positif

b. Displin Diri Memproses Kesederajatan Hidup

          seperti diuraikan diatas memang tidak mudah untuk bisa disiplin dengan mengalahkan ego diri sendiri dan memelihara kedisplinan hidup. Padahal displin diri menunjukan sikap bahwa manusia itu rendah dan jika kita dapat mengendalikan ego kita sendiri bersrti manusia memproses dirinya bahwa sebenarnya manusia sama derajatnya dalam kehidupannya, ini dapat kita rasakan walaupun berbeda-beda suku,ras,budaya dan bangsa tetapi derajat kita sama sebagai manusia. Jadikanlah disiplin diri menjadi kebiasaan hidup kita sehari-hari maka keseragaman hidup dan kesederajatan manusia dapat kita rasakan dengan adanya Tuhan yang menciptakan manusia.

c. Unsur-unsur yang mendorong manusia dan kesederajatannya
          keseragaman dan kesederajatan ini merupakan suatu keadaan pikiran, oleh karena itu harus bisa dikembangkan. Seperti semua keadaan pikiran, keseragaman dan kesederajatan akan tumbuh dari satu sebab yang pasti diantaranya :

kepastian tujuan
          Mengetahui apa tujuan manusia dalam hidup yang akan dicapai, jika motif terhadap tujuan kita untuk mewujudkan keseragaman dan kesederajatan sangat kuat tentunya akan memaksa seseorang selalu mampu mengatasi kesulitan.
keinginan
          Untuk memelihara keseragaman dan kesederajatan dalam mengejar sasaran, diperlukan hasrat yang membara dan terus menerus dipelihara sehingga ia bisa menjadi keinginan yang besar.
kemandirian
          Keyakinan terhadap kemampuan diri kita sendiri untuk melaksanakan rencana serta mendorong seseorang mencapai tujuan ini sangat diinginkan pada setiap manusia sebagai makhluk sosial, kesadaran yang dimiliki nantinya akan membawa keseragaman, saling meghargai satu dengan yang lainnya dan kesederajatan manusia adalah hasil dari pola hidup yang sehat yang mampu memahami keadaan.
pengetahuan
Bagaimana mengetahui rencana yang mantap berdasarkan pengalaman atau pengamatan ini juga merupakan salah satu pendorong keseragaman manusia untuk membentuk pribadi yang mampu untuk mengambil suatu tindakan ini meliputi setrategi dan sasaran.
kerjasama
Kerjasama degan lajur yang positif  akan cendrung mengembangkan keuletan, ini berarti manusia mampu menerima dan mampu memberikan dengan pola pikir yang cocok sehingga akan mudah menghadapi kesulitan yang dihadapi, proses kerjasama ini adalah awal dari keseragaman dan bahwa manusia itu sama-sama memiliki potensi untuk menciptakan yang terbaik.
keimanan ( keyakinan )
          Dalam kehidupan manusia iman mempunyai kedudukan yang sangat penting, kerena semata-mata hamper seluruh aspek kehidupan manusiadan segala yang menjadi tindakannya selalu dilandaskan kepada iman (keyakinan, kepercayaan ). Memang sebagian manusia ada yang tidak percaya akan adanya sesuatu yang tidak dapat merasakannya. Bagi golongan manusia seperti itu, akan sulit menerima kehidupan. Meraka tidak akan penah merasa puas apa yang mereka capai.

B. KEADILAN MANUSIA DAN KEADILAN TUHAN
A. keadilan manusia
          setiap manusia memiliki beberapa kebutuhan di antaranya kebutuhan tersebut ada yang hanya dapat dipenuhi sempurna apabila berhubungan lasung dengan manusia. Dalam hubungan itu timbul kewajiban dan hak masing-masing pihak yang sifatnya seimbang, tidak berat sebelah. Pihak-pihak memenuhi kewajibannya dan hak nya secara seimbang pula dan juga tidak berat sebelah atau tidak sewenang-wenang. Keadilan manusia dalam hubungan atara sesame manusia, dan keadilan manusia itu bersifat relative.

a. konsep adil dan rasa keadilan
          adil dalah sifat manusia, menurut artinya. “adil “artinya tidak sewenang-wenang kepada diri sendiri maupun kepada pihak lain, pihak lain itu sendiri meliputi anggota masyarakat, alam lingkungan, dan Tuhan sang pencipta. Jadi konsep adil berlaku kepada diri sendiri sebagai individu, dan kepada pihak lain sebagai anggota masyarakat, alam lingkungan, dan Tuhan sang pencipta.
Tidak sewenang-wenang dapat berupa :
Sama ( seimbang ) nilai bobot yang tidak berbeda.
tidak berat sebelah, perlakuan yang sama, tidak pilih kasih.
Wajar, seperti apa adanya, tidak menyimpang, tidak lebih dan tidak kurang.
patut/layak, dapat diterima karena sesuai, harmonis, dan propesional.
Perlakuan terhadap diri sendiri, sama seperti perlakuan terhadap pihak lain dan              sebaliknya.
         
          Dalam konsep adil berlaku tolak ukur yang sama kepada pihak yang berbuat dan kepada pihak yang lain terhadap kemana perbuatan itu ditujukan implikasanya, prilaku kepada dirii sendiri seharusnya sama pula dengan perlakuan terhadap pihak lain. Misalnya pada pakaian seragam sekolah semuanya disamakan baik itu dari ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah dan aturan-aturan yang berlaku baik itu dalam lingkungan sekolah maupu dalam msyarakat, ada norma-norma yang mengatur kehidupan manusia akan tetapi ada oknum-oknum tertentu yang tidak mematuhi sehinga dapat menimbulkan kesenjangan social.

b. Perlakuan adil
setiap manusia dapat melihat perlakuan adil itu dari sudut pandang masing-masing, sehingga tanggaapannya mungkin sama dan mungkin juga tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Kemungkinan ketidaksamaan itu terletak pada nilai bobot kualitas  perlakuannya berbeda, maka timbullah gradasi peerlakuan dari perlakuan adil keperlakuan yang kurang adil sampai keperlakuan yang tidak adil. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari prilaku adil, dalam kehidupan sehari-hari kita telah melakukan ibadah menurut keyakinan nya masing-masing ini juga merupakan penyataan adil kita terhadap waktu dalam artian kita dapat membagi waktu dengan baik karena perlakuan adil itu bermula dari kesadaran kita sendiri.

c. Prilaku tidak adil
          sebaliknya, apabila perlakuan manusia tidak disadari oleh rasa keadilan yang akan terjadi adalah perlakuan tidak adil. Akibat perlakuan sewenang-wenang adalah penderitaan dan ketidakpastian kehidupan manusia menjadi tidak menentu, tidak tentram, dan gelisah bahkan mungkin kematian. Banyak contoh perlakuan tidak adil baik yang terungkap dalam kehidupan nyata maupun dalam karya cipta.

          Pada tanggal 8 januari 1987, dalam harian suara karya Jakarta diberitakan tentang perlakuan tdak adil seorang presiden terhadap rakyatdan pejabat tinggi negaranya. Presiden yang dimaksud adalah diktato jean Bedel Bokasa, sebagaimana dikutip sebagai berikut:
Presiden Afrika tengah jean bedel bokasa ketika masih berkuasa memerintahkan membunuh seorang wanita bernama Monique yimale, karena wanita ini memiliki empat buah dada.
          Keadilan manusia yang terjadi dalam hubungan antara sesama manusia dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga) macam , yaitu keadilan koordinatif, subordinatif, dan superordinatif. Ketiga macam keadilan ini mempuyai arti tersendiri diantaranya:
keadilan koordinatif
Keadilan koordinatif terjadi dalam hubungan antara sesama anggota masyarakat (anggota kelompok ). Dalam hunungan tersenut kedudukan pihak-pihak tersebut setara, sejajar, dan tidak melebihi sata sama lain. Menurut prof. Djojodigoeno (1956) hubungan koordinatif dibedakan dua tipe yaitu: hubungan pamrih dan hubungan pengutuban. Dalam hubungan pamrih tiap pihak dibebani kewajiban dan diberi hak yang seimbang, dan harus saling memenuhi kewajiba untuk memperoleh hak nya. Ukuran keadilan biasanya sudah ditetapkan berupa nilai atau harga yang sama antara kewajiban dan haknya

keadilan subordinatif
          Keadilan subordinatif terjadi dalam hubungan dengan penguasa atau warga negara dengan pemerintah. Anggota rakyat telah memilih dan mengangkat pemimpinnya sebagai penguasa, penguasa wajib memenuhi tuntutan rakyat secara wajar, berarti adil. Apabila penguasa menjadi dictator dan memerintahkan semaunya sendiri, ini tidak adil. Keadilan subordinate dapat terjadi karena rakyat telah bersedia melaksanakan kewajiban atau pengabdian terhadap negara, tentunya saling memahami sebagai penguasa dan rakyat atas tugasnya atau kedudukannya masing-masing.

keadilan superordinstif
          Keadilan superordinatif terjadi dalam hubungan penguasa dengan rakyat atau pemerintah dengan warga negaranya,dalam hubungan superordinatif inisiatif pelaksanaan memenihi kebutuhan rakyat dimulai dari penguasa terhadap rakyat. Pemenuhan kebutuhan rakyat oleh penguasa merupakan realisasi janji penguasa terhadap rakyat ketika akan diangkat sebagai penguasa, apabila penguasa telah melaksanakan program dengan baik mulai dari pembangunan, kesehatan ,dan kesejahteraan rakyat, keseragaman hidup dalam masyarakat akan tejamin dan tingkat kesedaran manusia lebih baik sehingga nilai kesederajatan manusia mudah di cerna dan diterima dalam kehidupan sehari-hari.

d. keadilan Tuhan
          Keadilan Tuhan terjadi dalam hubungan manusia dengan Tuhan, keadilan Tuhan bersifat mutlak. Tuhan adalah pencipta segalanya, karena manusia itu adalah makhluk ciptaannya sudah adil apabila dalam hubungan manusia dengan Tuhan itu manusia harus mengabdi kepada Tuhan. Prof. Dr. Harun Nasution menyatakan bahwa keadilan ajaran yang sangat penting dalam agama, keadilan disini adalah kehendak atau kekuasaan Tuhan. Manusia hidup sesuai dengan kekuasaan Tuhan. Manusia bebas mengunakan akalnya untuk mewujudkan kehendaknya baik atau pun buruk.

C. MELESTARIKAN KESERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN

Kesadaran sebagai manusia
          sebagai manusia kita sadar akan apa yang dihrapkan oleh mesip manusia, apa bila kita dapat melestarikan keseragaman dan kesederajatan  manusia dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan membawa keharmonisan, perdamaian, dan suasana yang sehat.

Tanggung Jawbab sebagai Manusia
          Seorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibnyab bagi diri sediri dan bagi kepentingan pihak lain, atau bagi alam lingkungan atu bagi Tuhan. Tanggung jawab adalah salah satu agar keseragaman dan kesederajatan dapat menjadi cuan kita.

Atas dasr hubungn dengn pihak lain atau alam lingkungan dan Tuhan, dapat dikenal dan diinventarisasikan beberapa ragam tipe tanggung jwab :
          tanggung jawab kepada diri sendiri
          tanggung jawab kepda keluarga
          tanggug jawbab kepada sesame manusia
          tanggnug jawab kepada lingkungan / alam
          tanggung jawab kepada Tuhan
Tipe-Tipe ini yang nantinya membwa manusia menuju kesadaran bahwa manusi saling membutuhkan satu sama lain.

D. MASALAH KESERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN
•      Banyak  manusia yang tahu tentang peraturan dan hukum akan tetapi masih              banyak yang belum mengetahui dan masih banyak yang belum mempunyai           kesadaran untuk menerapkan dalam  kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini        manusia sangat berpengaruh pada linngkungan tempat tinggalnya. Dalam    menjalani kehidupan sehari-hari manusia telah diatur dengan pancasila dan undang-undang daras 1945 yang menjadi landasan hidup. Namun masih      banyak yang belum dapat memahami dan menerapkan dalam kehidupan.
Ada beberapa factor antara lain:
1. Faktor keturunan
          Faktor yang mengatakan bahwa sifat dan bakat anak itu diturunka dari orang tuanya atau pembawaan anak yang dibawa sejak lahir.

2. Faktor lingkungan
Faktor ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian anak. Faktor lingkugan itulah dari pengalaman-pengalaman yang memperkaya pengetahuan manusia.

3. Faktor diri (Self)
          Merupakan factor yang berasal dari diri sendiri. Faktor ini dapat berupa motivasi dari diri manusia sendiri berupa hal-hal yag unik dari manusia sendiri, misalnya:kecerdasan yang berbeda, sikap yang berbeda, watak atau tabiat, dan lain-lain.

4. Faktor religi.
          Keyakinan terhadap pencipta membuat manusia berusaha untuk memahami perbedaaan, serta menyeimbangkan factor-faktor diatas. Sehingga, tercapailah kesederajatan dalam hidup.





















BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN

          Keseragaman dan kesederajatan merupakan keinginan dan tujuan setiap manusia dalam menjalani kehidupan agar tercipta suasana yang harmonis, aman, tentram, dan damai. Menciptakan suasana  yang  indah adalah tujuan kita bersama, Tanggung jawab manusia untuk melakukan introspeksi diri dalam menjalani kehidupannya,Tanpa keseragaman dan kesederajatan alangkah meruginya kita sebagai mnusia yang didalam nya terdapat potensi-potensi yang tidak dimiliki ciptaan Tuhan selain manusia.














DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, Sultan Takdir,  prof. Dr. S.H. 1981. Kebudayaan dan  peradaban.

          2000, Pendidikan, kebudayaan madani Indonesia, Bandung:Remaja rosda karya .

          HAR Tilaar, 1999, pendidikan, kebudayaan dan masyarakat madani Indonesia, strategi Reformasi pendidikan Nasional, Bandung: Remaja rosda karya.

          Koentjaraningrat, prof. Dr. 1982, kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. penerbitGramedia. Jakarta.

Darmono, Sapardi Djoko, prof. Dr. 1981. Tanggung Jawab.