MERAIH HARAPAN
Minggu, 19 Februari 2012
PAYA GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR
MAKALAH ILMU
PENDIDIKAN TENTANG UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Suatu kondisi yang optimal dapat tercapai jika guru mampu siswa dan
sarana pengajaran serta mengedalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar. Mengajar pada
prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung
pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha pengorganisasian lingkungan
dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses
belajar (Uzer Usman, 1988:6).
Dari kutipan
di atas mengandung makna bahwa gurulah yang mengatur mengawasi dan mengelola
kelas agar tercapainya proses belajar mengajar yang berarah kepada
tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Syarifudin
Nurdin bahwa guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar,
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran karena fungsi
utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran
(Syarifudin Nurdin, 2002:1).
Di samping itu
pula guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar
senantiasa menyenangkan untuk belajar dan lingkungan yang baik adalah yang
bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam mencapai tujuannya (Uzer Usman, 1998:10). Dari beberapa
keterangan di atas telah menunjukan betapa pentingnya suatu pengelolaan kelas
yang baik agar tercapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak baik
terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik. Karena
dorongan itulah maka perlu adanya suatu penelitian yang mengamati tentang usaha
apa yang akan dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas maka dalam penelitian
ini penulis mencoba mengamati guru dalam mengelola kelas agar tercapainya
proses belajar mengajar.
B.
Rumusan
Masalah
Dari beberapa
uraian diatas,timbul beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah dasar ?
1. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah dasar ?
3. Bagaimana
memanfaatkan efektifitas waktu belajar siswa ?
C.
Tujuan
Pembahasan
Dari uraian
diatas,penulis mempunyai tujuan pembahasan,diantaranya sebagai berikut
1. Mencoba meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya
2. Mahasiswa mencoba melaksanakan tugasnya sebagai calon pendidik (Guru) untuk memberikan beberapa variasi metode belajar,guna menghindari kejenuhan siswa dalam belajar.
3. Meningkatkan produktifitas waktu belajar siswa,guna tercapainya efektivitas belajar siswa.
1. Mencoba meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya
2. Mahasiswa mencoba melaksanakan tugasnya sebagai calon pendidik (Guru) untuk memberikan beberapa variasi metode belajar,guna menghindari kejenuhan siswa dalam belajar.
3. Meningkatkan produktifitas waktu belajar siswa,guna tercapainya efektivitas belajar siswa.
D.
Metode
Pembahasan
Metode yang di
gunakan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini adalah metode studi pustaka,
yaitu mengutip, menyusun serta merumuskan kembali pernyataan para ahli
BAB II
KAJIAN
TEORITIS
1)
Hakikat
Guru Sebagai Pembimbing Belajar Dan Pendidikan
Sebagai mana
telah diuraikan pada pendahuluan, bahwa mendidik ialah meminpin anak ke arah
kedewasaan, jadi yang kiata tuju dalam pendidikan ialah kedewasaan si anak.
Tidak mungkin Seorang pendidik membawa anak kepada dewasanya bukan hanya dengan
nasihat-nasihat, perintah-perintah, anjuran-anjuran dan larangan-larangan saja.
Melainkan yang utama ialah dengan gambaran kedewasaan yang senan tiasa dapat
dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya didalam pergaulan mereka (antara
pendidik dan anak didik).
Seiring
berjalannya waktu suatu pendidikan berubah mengikuti perkembangan jaman.
Sehingga sampailah pada saat dewasa ini, guru bukan merupakan satu-satunya
kontrol sosaial, melainkan dalam hal ini guru mempunyai posisi sebagai
pasilitator setelah menjalankan fungsinya sebagai pelatih, pengajar dan
pembimbing.
Manusai sejak lahir sudah di anugrahi fitrah, untuk membina dan mendidik serta melatih anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Manusai sejak lahir sudah di anugrahi fitrah, untuk membina dan mendidik serta melatih anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Ini digaskan
dalam Al- Qur’an QS. Ar-Rum ayat 30. Artinya : Maka hendaklah wajahmu dengan
lurus kepada agama Allah Fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. Depag RI (992: 615).
Ø
Kode Etik Guru
Kode etik
dapat diartikan tatalaksana pelaksana guru dalam Mengembangkan misi pendidikan.
Adapun kode etik tersebur :
1. Guru
berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk pembangunan yang
ber-Pancasila.
a. Guru
menghendaki hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-masing.
b. Guru berusaha mensukseskan
pendidikan yang serasi (jasmaniah dan rohaniah) bagi anak didiknya.
c. Guru harus
menghayati dan mengamalkan Pancasila.
d. Guru dengan bersungguh-sungguh
mengintensifkan Pendididkan Moral Pancasila bagi anak didiknya.
e. Guru melatih dalam memecahkan
masalah-masalah dan membina daya kreasi anak didik agar kelak dapat menunjang
masyarakat yang sedang membangun.
f. Guru membantu sekolah di dalam
usaha menanamkan pengetahuan keterampilan kepada anak didik.
2.
Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
a. Guru menghargai dan memperhatikan
perbedaan dan kebutuhan anak didiknya masing-masing.
b. Guru Hendaknya luas di dalam
menerapkan kurukulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru memberi pelajaran di dalam
menerapkan kurikulum tanpa membeda-bedakan jenis dan posisi orang tua muridnya.
3. Guru
mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala
bentuk penyalahgunaan.
a. Komunikasi guru dan anak didik di
dalam dan di luar sekolah dilandaskan pada rasa kasih saying.
b. Untuk berhasilnya pendidikan, maka guru
harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakang keluargannya masing-masing
c. Komunikasi guru ini hanya diadakan
semata-mata untuk kepentingan pendidikan anak didik.
4. Guru
menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
a. Guru menciptakan suasana kehidupan
sekolah sehingga anak didik betah berada dan belajar di sekolah.
b. Guru menciptakan hubungan baik
dengan orang tua murid sehingga dapat terjalin pertukaran informasi timbal
balik dengan anak didik.
c. Pertemuan dengan orang tua murid
harus diadakan secara teratur.
Guru sebagai pembimbing,
pengajar dan pendidikan
Banyak diantara guru yang
merasa bahwa pekerjaan sebagai guru adalah rendah atau hina jika dibandingkan
dengan pekerjaan kantor atau bekerja disuatu PT. Hal ini di sebabkan pandangan
masyarakat terhadap guru masih sempit dan ficik, suatu pandangan yang umumnya
yang bersifat meteriallistik, hanya pada keduniawian belaka.
Dari uraian dimuka telah
jelas bahwa pekerjaan guru itu berat, tetapi luhur dan mulia. Tugas guru tidak
ada “mengajar”,teapi juga “mendidik”.maka untuk melakukan tugas sebagai
guru,tidak sembarangan orang dapat menjalankannya.sebagai guru yang baik harus
memiliki syarat-syarat yang di dalam undang-undang No 12 tahun 1945 tentang
dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia,pada
pasal 15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut:
“Syarat utama untuk
menjadi guru,selain ijazah dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani
dan rohani,ialah sifat-sifat yang yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan
pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3,pasal 4 dan pasal 5
undang-undang ini”
Di samping persyaratan diatas,tentu masih banyak syarat yang lain yang harus dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru mendatangkan hasil yang lebih baik.
Di samping persyaratan diatas,tentu masih banyak syarat yang lain yang harus dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru mendatangkan hasil yang lebih baik.
2)
Manajemen Waktu Belajar Siswa
Waktu belajar merupakan
masa dimana para siswa mendapatkan pengajaran. Suatu tujuan pendidikan akan
senantiasa dapat tercapai dengan baik apabila di tunjang oleh alokasi waktu
yang baik,akan tetapi efektivitas waktu bukan satu-satunya factor penunjang
keberhasilan pendidikan.lingkungan sebagai bentuk pendidikan informal juga
dapat mempengaruhi terwujudnya suatu tujuan pendidikan. Proses pendidikan
senantiasa harus mengacu kepada manajemen atau alokasi waktu yang baik.hal ini
berarti waktu sebagai Batasan (kontrol) proses berjalannya suatu pendidikan.
3)
Proses belajar mengajar
1.
Pengertian
belajar
Terdapat berbagai sumber mengenai
pengertian belajar,diantaranya sebagai berikut
a. menurut Reber pengertian belajar di bagi ke dalam dua definisi ,yaitu:
a. menurut Reber pengertian belajar di bagi ke dalam dua definisi ,yaitu:
“Belajar adalah proses mendapatkan
pengetahuan”
“Belajar merupakan suatu perubahan kemampuan
bereaksi yang relatip langgeng sebagai hasil latihan,” (Muhibbin Syah:1995:90)
b. Menurut Sardiman (1986:23) bahwa “Belajar adalah proses interaksi natara diri manusia berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori”.
c. Menurut Hoard kinglay (1957:12) bahwa “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di rubah melalui pratek dan pengalaman”.
b. Menurut Sardiman (1986:23) bahwa “Belajar adalah proses interaksi natara diri manusia berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori”.
c. Menurut Hoard kinglay (1957:12) bahwa “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di rubah melalui pratek dan pengalaman”.
2.
.Kesiapan
Belajar
Setiap bahan pelajaran dapat diajarkan
pada anak secara epektif bila sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut
ada tiga masalah penting berkenaan dengan penyesuaian bahan ajar dengan
perkembangan anak diantaranya sebagai berikut
a.
Perkembangan
intelak
Hasil
penelitian berkenaan dengan perkembangan intelek anak menunjukan bahwa tiap
tingkat perkembangan mempunyai karakteristik tertentu tentang cara anak melihat
lingkungannya dengan cara memberi arti bagi doiri sendiri.
b.
Kegiatan
belajar
c.
Dalam
mempersiapkan bahan pelajaran Biasanya kita susun bahan pelajaran yaitu yang
umumnya disebut sebagai satuan pelajaran.
d.
Sepiral
kurikulum
Kurikulum
bukan sesuatu yang setatis tertutup, tetapi merupakan sepiral terbuka.
Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk disekitar
prinsip-prinsip, masalah-masalah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kurikulum
selalu membutuhkan baik anak didik maupun masyarakat sekitarnya.
3.
Minat
dan motif belajar
Pembangktan motif belajar pada anak,
sukar dilaksanakan apabila proses belajar lebih menekankan pada satuan
kurikulum,sistem kenaikan kelas,sistem Ujian,serta menekankan kontiunitas dan
pendalaman belajar.
Mengenai pemusatan perhatian dan minat
belajar terletak dalam sustu kontinum yang bergerak dari sikap apatis atau
tidak menaruh minat sampai dengan yang sangat berminat.Minat atau perhatian ini
sangat erat kaitannya dengan proses belajar siswa di sekolah. Pembangkitan
minat belajar siswa ada yang bersifat sementara (jangka pendek).dan ada juga
yang bersifat menetap (jangka panjang).
Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membangkitkan belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pelajaran yang berarti pada anak menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk menemukan (Discovery),menerjemahkan apa yang dapat diajakan dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membangkitkan belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pelajaran yang berarti pada anak menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk menemukan (Discovery),menerjemahkan apa yang dapat diajakan dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Komponen
Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana telah di kemukakan pada
uraian bab II, bahwa belajar merupakan, suatu proses perubahan tingkah laku
indifidu melalui interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamaliah, 1978:50). Ini
berarti proses tercapainya suatu tujuan pendidikan sangat di pengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya: bentuk pendidikan
metode pendidikan, bahan kajian pendidikan, profesionalisme pendidik
(Guru). Maka dalam kesempatan ini penulis mencoba memaparkan beberapa upaya
dalam meningkatkan kinerja guna tercapainya prestasi belajar yang membanggakan.
Bentuk pendidikan baik informal
(Lingkungan), non formal (keluarga), maupun formal (Sekolah) merupakan salah
satu penunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan maka dalam hal ini
pendidikan memberikan stimulasi yang kuat terhadap proses pembelajaran itu
sendiri bentuk pendidikan tertentu akan sangat mempengaruhi pembelajaran siswa
di sekolah sebuah bentuk pendidikan yang memegang erat tujuan pendidikan
nasional senantiasa akan mencapai tujuan itu sendiri dengan baik.
Pendidikan ialah pimpinan orang dewasa
terhadap anak dalam perkembangannya ke arah dewasaan. M. Ngalim Purwanto
(1998:19) bahwa tujuan pembelajaran di sekolah ialah membawa anak pada
kedewasaannya , yang berarti ia hurus dapat menentukan diri sendiri dan
tanggung jawab sendiri.
Namun pada kenyataannya di lapangan anak belum mengenal diri sendiri “Aku” baru pada puberitas anak mulaa mengenal “Akunya”, mulai Memilih dan mengenal nilai-nilai hidup.
Namun pada kenyataannya di lapangan anak belum mengenal diri sendiri “Aku” baru pada puberitas anak mulaa mengenal “Akunya”, mulai Memilih dan mengenal nilai-nilai hidup.
B.
Proses Belajar Siswa
Kegiatan belajar tidak dapat di
lepaskan dari belajar, karena keduanya merupakan dari dua sisi dari sebuah mata
uang. Hawa Syaodih (2005:131).
belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Apa bila kita mengkaji teori-teori belajar pada bab II, hampir seluruhnya di kembangkan atau bertolak diri dari belajar.
belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Apa bila kita mengkaji teori-teori belajar pada bab II, hampir seluruhnya di kembangkan atau bertolak diri dari belajar.
1.
Belajar
intuitif merupakan Pengamatan menunjukan bahwa dalam berbagai kegiatan belajar
penelitian di sekolah, tekanan lebih banyak diberikan pada kemampuan untuk
memformulasikan secara eksfisit, dan pada kemampuan anak memproduksikan
penguasaan anak secara verbal dan numerical. Berpikir intuitif tidak memiliki
langkah-langkah yang dapat di rumuskan secara pasti dan teliti, lebih merupakan
suatu monuver yang di dasarkan pada persepsi inplisif dari keseluruhan masalah.
Intusi adalah penguasaan dan pengenalan tak langsung dengan menggunakan metode formal analisis dan pembuktian-pembuktian.
Intusi adalah penguasaan dan pengenalan tak langsung dengan menggunakan metode formal analisis dan pembuktian-pembuktian.
2.
Belajar
bermakna Ausubel Robinson (1969) membedakan dua dimensi dari proses belajar,
yaitu dimensi cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan
baru dalam struktur ide yang telah ada.
Dalam belajar menerima keseluruhan bahan pelajaran di sejikan kepada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna, pada proses pembelajaran discovery learning (mencari) karena bahan pelajaran di sajikan belum selesai, maka si pelajar harus mencari menyelsaikan sendiri.
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu stuktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Stuktur kognitif adalah segala pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan belajar yang lalu.
Dalam belajar menerima keseluruhan bahan pelajaran di sejikan kepada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna, pada proses pembelajaran discovery learning (mencari) karena bahan pelajaran di sajikan belum selesai, maka si pelajar harus mencari menyelsaikan sendiri.
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu stuktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Stuktur kognitif adalah segala pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan belajar yang lalu.
Syarat
dalam proses pembelajaran bermakna adalah:
a. Materi yang di pelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif secara beraturan karena adanya kesamaan isi.
a. Materi yang di pelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif secara beraturan karena adanya kesamaan isi.
b.
Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
c. Siswa harus mempunyai kemajuan atau motif untuk menghubungkan konsep tersebut dengan stuktur kognitifnya.
c. Siswa harus mempunyai kemajuan atau motif untuk menghubungkan konsep tersebut dengan stuktur kognitifnya.
Belajar
bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang punya makna, penuh
arti, jelas nyata pembedaannya dengan yang lain. Dengan belajar bermakna, siswa
akan menguasai dan Mengingat konsep-konsep inti.
Maka merupakan isi dari stuktur kognitif,yang terjadi karena materi yang memiliki kebermaknaan potensial di satukan dengan struktur kognitif.
Maka merupakan isi dari stuktur kognitif,yang terjadi karena materi yang memiliki kebermaknaan potensial di satukan dengan struktur kognitif.
C.
Kesiapan Belajar
Bahan pelajar diajukan kepada anak
semua efektif bila sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut.
Mengerjakan suatu bahan pelajaran kepada anak adalah memprensentasikan strutur
bahan pelajaran sesuai dengan cara anak memandang atau mengartikan bahan
pelajaran tersebut. Pengajaran merupakan suatu translation suatu dugaan umum
bahwa ide atau konsep dapat di sepresikan dengan sebenar –benarnya dan
sebaik-baiknya dengan tingkat anak pada tingkat usia tertentu.
Menurut Piaget (2005:142) ada empat
tingkat perkembangan anak, yaitu
a. Tingkat sensory motor: masa lahir
sampai dengan 2 tahun merupakan tingkat perkembangan kemauan bergerak dan
merespon terhadap rangsangan.
b. Tingkat preoperasional: masa 2
sampai 7 tahun yaitu bentuk hubungan antara pengalaman dengan kegiatan.
c. Tingkat anak sekolah: masa 7 sampai
11 tahun merupakan tingkat operasional yang berbeda dengan tingkat pertama yang
semeta-mata aktif.
d. Tingkat formal operation: masa 11
sampai 14 thun, merupakan kegiatan intelektual anak di usia ke atas kemampuan
berpariasi pada tingkat hepotesis dan bukan lagi pada tingkat pengalaman atau
terbatas pada apa yang telah dikenalkan.
Sebuah proses pembelajaran siswa akan senantiasa efektif apabila di tunjang oleh beberapa komponen pendidikan diantaranya sebagai berikut:
1.
Perencanaan
pengajaran
Perencanaan
di maksudkan agar program pengajaran Hendaknya dapat menjadikan guru lebih siap
dalam mengajar dalam perencanaan yang matang. Dalam pengajaran
sekurang-kurangnya harus mempersiapkan hal-hal tersebut:
a.
Tujuan
b.
Bahan pelajaran
c.
Kegiatan belajar mengajar
d.
Metode, media dan sumber
Mengenai
kelima komponen ini Seorang guru dituntut untuk dapat mempersiapkan atau
membuat perencanaan pengajaran dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
kebutuhan siswa serta perkembangan intelektual dan imosionalnya.
2.
Penyesuaian program dengan situasi kelas
Program pengajaran adalayh
pengembangan kurikulum pada taingkat kelas yang dalam pelaksanaannya yang
bersipat plesibel ini berarti perkembangan kurikulum tingkat intitusi
pengembangan kurikulum tingkat bidang studi (GBPP), termasuk perkembangan
kurikulum tingkat kelas (Program Pengajran), dalam pelaksanaannya menghendaki
penyesuaian, antara lain dengan situasi kelas.
Pentingnya penyesuaian program
pengajaran ini dengan situasi kelas ini karena digunakannya asas lingkungan.
3.
Penyesuaian
jenis interaksi belajar mengajar
Hal yang penting untuk di perhatikan
guru kelas perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran ialah interaksi
belajar mengajar yang berlangsung selama proses belajar mengajar. Yang perlu
mendapat perhatian guru selama dilaksanakannya program pengajaran dalam hal
interaksi belajar mengajar ini ialah penggunaan berbagai jenis interaksi
belajar mengajar ke arah yang optimal dengan demikian, interaksi belajar
mengajar yang berlangsung tidak hanya guru kepada siswa saja, tetapi juga
interaksi timbal balik antara guru dan siswa.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di
atas,maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
1. Profesionalisme Guru
dalam mengalokasikan waktu belajar siswa didorong oleh rasa tanggung jawab
mereka sebagai tenaga pendidik yang harus mencapai tujuan pendidikan semaksimal
mungkin yang sesuai dengan GBPP yang berlaku
2. Proses belajar mengajar
yang di tunjang oleh loyalitas dan disiplin tinggi akan menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang lancar dan kondusif. Hal itu karena tidak lepas dari
peranan yang besar dari guru-guru dalam mengelola kelas
3. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran siswa,perlu adanya Variasi metoda pembelajaran siswa, guna
membangkitkan minat dan bakat belajar siswa dalam kaitannya dengan pendidikan
Nasional.
2. Saran
1. Hendaknya guru-guru yang mengajar
lebih meningkatkan lagi peranannya dalam pengelolaan kelas, sehingga dengan demikian
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
2. Hendaknya untuk kelancaran KBM,
para siswa juga ikut berperan aktif dalam KBM sehingga akan terjalin suatu
hubungan yang harmonis antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.
3. Untuk kelancaran KBM hendaknya lembaga menyediakan
sarana dan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Soetjipto, Prof; M.Sc, Kosasi, Raflis, Drs. 2002. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
www.google.com
Keseragaman dan Kesederajatan Manusia
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Manusia Keseragaman dan Kesederajatan
A. Pendahuluan
B. Keseragaman Manusia
C. Manusia sebagai Subjek
dan Objek
D. transformasi Budaya dan
Sasaranyya.
BAB II Faktor-faktor pengaruh keseragaman dan kesederajatan manusia
A. Pengetahuan yang
positif dan produktif.
B. Keadilan Manusia dan
Keadilan Tuhan
C. Melestarikan
Keseragaman dan kesederajatan
D. Masalah keseragaman dan kesederajatan
BAB III Penutup
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Dalam Undang-Undang NO. 2 Tahun 1989 tentang system
pendidikan Nasional, bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kepribadian, mandiri serta bertanggunga jawab.
Keseragaman
manusia dan Kesederajatan merupakan masalah yang sangat rumit, salah satu
pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia makhluk monodualis jiwa raga, dari
aspek jiwa manusia memiliki cipta, rasa, dan karsa sehinga dalam tingkah
lakunya mampu mempertimbangkan. Nilai-nilai yang terkandung dalam keseragaman
dan kesederajatan manusia akan membawa manusia pada potensi sebagai makhluk
yang piling sempurna, dengan keistimewaan manusia menyebabkan manusia perlu
keseragaman dan kesederajatan agar dapat memikul amanah sebagai kholifah yang
bermoral dimuka bumi ini.
Perbedaan
dari kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat yang lain ini akan
menyebabkan lemahnya mental dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu,
manusia dilengkapi oleh potensi-potensi yang berupa kekuatan fisik, potensi
mental meliputi akal bentuknya,kelebihan akal fikirnya, kewajiban berbakti
dengan Tuhan dan potensi berupa qolbu hal ini menjadikan manusia bermoral,
merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Tuhan secara spiritual.
Surakarta,Oktober 2009
Penulis
BAB 1
MANUSIA KESERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN
A. PENDAHULUAN
Masalah keseragaman dan kesederajatan
manusia sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari hal ini erat kaitanya
dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia yang bermacam jenisnya dan
bentuknya, mereka menyadari bahwa keseragaman sangat diperlukan guna mencapai
masyarakat yang sehat, damai, tentram,dan aman dan untuk mewujudkan ini semua
perlu adanya pendekatan baik melalui ekternal maupn internal, Hakekat manusia
merupakan masalah yang sangat rumit maka perlu adanya kesedaran yang tinggi
untuk membentuk manusia yang bermoral mengingat potensi-potensi yang ada pada
manusia sebagai mahkluk yang semprrna,maka kesederajatan sebagai manusia akan
mudah tercapai.
B. KESERAGAMAN MANUSIA
Hakekat
manusia sama berasal dari Tuhan pencipta segala mahkluk dan alam semesta.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia diberi akal perasaan dan kehendak yang
menyatakan kesempurnaannya sebagai makhluk budaya. Makhluk yang sifatnya
menginginkan yang benar, dan yang bermanfaat bagi kehidupan bersama sesuai
dengan kemampuannya. Sifat ini manusiawi semua manusia diciptakan sama memiliki
kodrat. Kesamaan tersebut menunjukan eksistensiuniversal manusia dimana saja,
oleh karena itu hakekat manusia itu sama. Namun dalam menhadapi lingkungan alam
dan social manusia tadak hanya mewujudkan kesamaan tetapi juga ketidaksamaan
dan ketidakseragaman, yang diungkapkan dalam berbagai bentuk dan corak fikiran,
perasaan, perbuatan dan hasil fikiran serta perbuatannya.
Karena manusia itu makhluk social yang
menharuskannya hidup bermasyarakat, maka corak fikiran , perasaan, dan
perbuatan yang tidak sama atau tidak seragam akan menhasilkan penilaian dan
nilai-nilai yang disatu sisi bermanfaat dan menguntungkan sedangkan dilain sisi
tidak bermanfaat dan merugikan kehidupan bersama. Untuk mengontrol corak
pikiran, perasaan dan perbuatan mana yang manusiawi dan mana yang tidak
manusiawi, manusia sebagai makhluk budaya berupaya menciptakan kesatuan
pandangan. Kesatuan pandangan merupakan kesepakatan bersamadan diakui sebagai
nilai-nilai kemanusiaan yang dijadikan pedoman hidup bersama.
C. MANUSIA SEBAGAI SUBJEK DAN OBJEK
Dalam
pengkajian masalah keseragaman, manusia menempati posisi ganda,artinya manusia
tidak hanya sebagai subjek(pelaku) tetapi juga sebagai objek (sasaran). Masalah
ini diarahkan pada :
• diri
manusia sendiri dan nilai-nilai kemanusiaan.
• hubungan manusia manusia, hubungan manusia dengan
alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan sang
pencipta.
Atas dasar terbut akan dapat dipahami sikap dan
perbuatan manusiawi dan tidak manusiawi, sesuai dengan etika pergaulan dan
sesuai dengan hokum.Beranjak dari diri manusia sendiri akan terunkap gambaran
berbagai macam pola hidup manusia untuk mencapai keseragaman dan kesederajatan,
penkajian diri manusia sendiri juga akan mengungkapkan berbagai aspek kehidupan
manusiawi. Aspek kehidupan manusiawi ini diungkapkan melalui sikap dan
perbuatan yang sesuai dengan system nilai budaya sebagai pedoman hidup, yakni
saling menyayangi, melindungi, menghargai, menguntungkan, menyenangkan, dan
membahagiakan yang dirasakan sebagai keindahan hidup.
D. TRANSFORMASI BUDAYA DAN SASARANNYA
a. Transformasi budaya
Dalam
tinjauan pendidikan dimaknakan sebagai fungsi penerus budaya tentang beberapa
hasil kehidupan maupun akumulasi budaya , tagas manusia dalam hal ini dalah
melengkapkan diri dengan material budaya agar dapat hidup dimasyarakat. Sebagai
proses untuk mengarahkan dan mengatur manusia agar dapat mentranspormasikan diri
dan dapat menerima budaya-budaya yang lain dengan menghargai nya. Diakui dalam
masyarakat yang didalam nya terdapat keragaman budaya akan sangat sulit untuk
menumukan keseragaman, namun dengan perkembangan yang ada sekarang ini
pendidikan yang brtfungsi sebagai transmisi budaya sehingga nilai- nilai budaya
dapat diselaraskan dengan norma-norma yang ada.
b. Klasifikasi Sasaran
Lingkungan
merupakan salah satu unsure dalam menentukan keseragaman dan kesederajatan.
Memahami lingkungan tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan konsepsi
pendidikan itu sendiri, mengapa demikian ? pendidikan merupakan proses untuk
membentuk manusia menjadi manusia yang beradap, bermoral dan bertaqwa. Dari
sini manusia akan berjalan untuk menghadapi berbagai macamjenis kehidupan untuk
mencapai taraf hidup seimbang dari masyarakat satu dengan masyarakat yang lain,
mengingat manussia adalah makhluk tang paling sempurna yang diciptakan oleh
Tuhan untuk saling menyayangi,memahami,dan
menghormati satu sama lain. dimana untuk mencapai keseragaman dapat
dimulai dari :
• diri sendiri sebagai manusia
• lingkungan keluarga
• lingkungan
sekolah,kelompok,organisasi dan instansi lainnya
lingkungan
masyarakat /umum
a. diri sendiri sebagai manusia
Sebelum
melangkah lebih jauh manusia sebagai subjek( pelaku ) mampu menyesuaikan diri
sebagai manusia dalam bentuk pendekatan- pendekatan diantaranya hubungan
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubugan terhadap
Tuhan ( agama ) terutama tentang keagamaan nya agar dapat mencetak pribadi yang
baik, pribadi yang mampu membedakan diri kita sebagai manusia dengan ciptaan
nya lain. Karna dalam diri manusia terdapat unsure-unsur yang teriri dari
jasmani dan rohani.
b. Lingkungan keluarga
keluaga merupakan linkungan pertama
bagi manusia dalam memproses prilaku, dilingkungan keluargalah
pengaruh-pengaruh akan muncul tergantung pada bimbingan dalam keluaga, karena
keluaga merupakan lembaga tertua yang bersifat informa dan kodrati. Lingkungan
keluarga berfungsi :
• membentuk dasar moral
•menanamkan dasar sosial
• mencetak pribadi yang beriman dan
bertaqwa ( agama )
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan resmi dalam meyelanggarakan secara berencana,
sengaja, terarah, sistematis yang dikemas secara terprogram. Disekolah inilah
akan Nampak keseragaman dan kesederajatan manusia sebagai makhluk yang berakal,
dengan aturan atau norma-norma yang diberlakukan disekolah yang berfungsi
menyeratakan dan tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lainnya, misalnya
ekonomi tinggi dengan ekonomi rendah. Contohnya dalam berpakaian sekolah dan
administrasi lainya. Peranan dan fungsi sekolah ini untuk:
• membantu keluarga dalam mendidik.
• memberikan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
secara lengkap sesuai yang dibetuhkan.
d. Lingkungan masyarakat
masyarakat
sebagai lembaga ketiga setalah lembaga pendidikan formal (sekolah ) akan
memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam proses pembentukan kepribadian
manusia.Lingkungan masyarakat berperan sebagai pematangan apa yang telah di
terima dalam lingkungan sekolah dan keluarga, kegiatan ini meliputi:
•
perkembangan rasa social dalam
komunikasi dengan orang lain
•
pembinaan sikap dan kerja sama
dengan anggota masyarakat
• pembinaan ketrampilan dan kecakapan khusus
yang belum didapat
BAB II
FAKTOR-FAKTOR PENGARUH KESERAGAMAN
DAN
KESEDERAJATAN MANUSIA
A. PENGETAHUAN YANG POSITIF DAN PRODUKTIF
a. Pengetahuan yang
Positif dan produktif
Tentukan dahulu pengetahuan dan tujuan yang
akan diproses, setelah itu tetapkan tijuan hidup serta sasaran sebagai acuan
hidup yang setiap manusia menginginkan keseragaman atau kesamaan dalam
menjalani kehidupan karena manusia itu sama derajat dan martabatnya jadi
memiliki keinginan yang sama, misi dan visi yang sama pula . tetapi untuk
memperoleh keseragaman dan kesederajatan ini memerlukan proses
tersendiri.mengingat budaya global yang sekarang ini semakin mengglobal ini
rasanya sulit bagi manusia untuk berdiri sendiri.
Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah budaya yag terus
mengglobal, banyak alat-alat yang dibuat dibeberapa tempat sebelum menjadi
produk yang kita gunakan. Dalam waktu yang tidak lama lagi dipredisikan bahwa
tidak aka ada lagi budaaya yang murni budaya setempat, hal-hal yang berpengaruh
besar terbentuk nya budaya global
diantaranya pengunaan alat komunikasi dan elektronik seperti: televise, flim,
video, dan internet yang dapat menyebarkan suatu berita dengan cepat dan masih
banyak yang lain nya seperti munculnya organisasi dunia dibidang ekonomi
seperti :APEC, WTO, OPEC dan kebudayaan lainnya yang memicu keseragaman dan
kesederajatan manusia.
Dalam mencapai pengetahuan yang
positif akan lebih sulit dari pada pengetahuan yang negative, ini dapat kita
pelajari melalui :
•
belajar dari pengalaman diri sendiri
•
belajar dari pengalaman orang lain
• belajar dari buku, audio book dan internet
•
pergaulan yang
positif
b. Displin Diri Memproses Kesederajatan Hidup
seperti diuraikan diatas memang tidak
mudah untuk bisa disiplin dengan mengalahkan ego diri sendiri dan memelihara
kedisplinan hidup. Padahal displin diri menunjukan sikap bahwa manusia itu
rendah dan jika kita dapat mengendalikan ego kita sendiri bersrti manusia
memproses dirinya bahwa sebenarnya manusia sama derajatnya dalam kehidupannya,
ini dapat kita rasakan walaupun berbeda-beda suku,ras,budaya dan bangsa tetapi
derajat kita sama sebagai manusia. Jadikanlah disiplin diri menjadi kebiasaan
hidup kita sehari-hari maka keseragaman hidup dan kesederajatan manusia dapat
kita rasakan dengan adanya Tuhan yang menciptakan manusia.
c. Unsur-unsur yang mendorong manusia dan kesederajatannya
keseragaman
dan kesederajatan ini merupakan suatu keadaan pikiran, oleh karena itu harus
bisa dikembangkan. Seperti semua keadaan pikiran, keseragaman dan kesederajatan
akan tumbuh dari satu sebab yang pasti diantaranya :
• kepastian tujuan
Mengetahui apa tujuan manusia dalam
hidup yang akan dicapai, jika motif terhadap tujuan kita untuk mewujudkan
keseragaman dan kesederajatan sangat kuat tentunya akan memaksa seseorang
selalu mampu mengatasi kesulitan.
• keinginan
Untuk
memelihara keseragaman dan kesederajatan dalam mengejar sasaran, diperlukan
hasrat yang membara dan terus menerus dipelihara sehingga ia bisa menjadi
keinginan yang besar.
• kemandirian
Keyakinan
terhadap kemampuan diri kita sendiri untuk melaksanakan rencana serta mendorong
seseorang mencapai tujuan ini sangat diinginkan pada setiap manusia sebagai
makhluk sosial, kesadaran yang dimiliki nantinya akan membawa keseragaman,
saling meghargai satu dengan yang lainnya dan kesederajatan manusia adalah
hasil dari pola hidup yang sehat yang mampu memahami keadaan.
• pengetahuan
Bagaimana mengetahui rencana yang
mantap berdasarkan pengalaman atau pengamatan ini juga merupakan salah satu
pendorong keseragaman manusia untuk membentuk pribadi yang mampu untuk
mengambil suatu tindakan ini meliputi setrategi dan sasaran.
• kerjasama
Kerjasama degan lajur yang
positif akan cendrung mengembangkan
keuletan, ini berarti manusia mampu menerima dan mampu memberikan dengan pola
pikir yang cocok sehingga akan mudah menghadapi kesulitan yang dihadapi, proses
kerjasama ini adalah awal dari keseragaman dan bahwa manusia itu sama-sama
memiliki potensi untuk menciptakan yang terbaik.
• keimanan ( keyakinan )
Dalam
kehidupan manusia iman mempunyai kedudukan yang sangat penting, kerena
semata-mata hamper seluruh aspek kehidupan manusiadan segala yang menjadi
tindakannya selalu dilandaskan kepada iman (keyakinan, kepercayaan ). Memang
sebagian manusia ada yang tidak percaya akan adanya sesuatu yang tidak dapat
merasakannya. Bagi golongan manusia seperti itu, akan sulit menerima kehidupan.
Meraka tidak akan penah merasa puas apa yang mereka capai.
B. KEADILAN MANUSIA DAN KEADILAN TUHAN
A. keadilan manusia
setiap
manusia memiliki beberapa kebutuhan di antaranya kebutuhan tersebut ada yang
hanya dapat dipenuhi sempurna apabila berhubungan lasung dengan manusia. Dalam
hubungan itu timbul kewajiban dan hak masing-masing pihak yang sifatnya seimbang,
tidak berat sebelah. Pihak-pihak memenuhi kewajibannya dan hak nya secara
seimbang pula dan juga tidak berat sebelah atau tidak sewenang-wenang. Keadilan
manusia dalam hubungan atara sesame manusia, dan keadilan manusia itu bersifat
relative.
a. konsep adil dan rasa keadilan
adil
dalah sifat manusia, menurut artinya. “adil “artinya tidak sewenang-wenang
kepada diri sendiri maupun kepada pihak lain, pihak lain itu sendiri meliputi
anggota masyarakat, alam lingkungan, dan Tuhan sang pencipta. Jadi konsep adil
berlaku kepada diri sendiri sebagai individu, dan kepada pihak lain sebagai
anggota masyarakat, alam lingkungan, dan Tuhan sang pencipta.
Tidak sewenang-wenang dapat berupa :
• Sama ( seimbang ) nilai bobot yang tidak berbeda.
• tidak berat sebelah, perlakuan yang sama, tidak pilih kasih.
• Wajar, seperti apa adanya, tidak menyimpang, tidak lebih dan
tidak kurang.
• patut/layak, dapat diterima karena sesuai, harmonis, dan
propesional.
• Perlakuan terhadap diri sendiri, sama seperti perlakuan terhadap
pihak lain dan sebaliknya.
Dalam
konsep adil berlaku tolak ukur yang sama kepada pihak yang berbuat dan kepada
pihak yang lain terhadap kemana perbuatan itu ditujukan implikasanya, prilaku
kepada dirii sendiri seharusnya sama pula dengan perlakuan terhadap pihak lain.
Misalnya pada pakaian seragam sekolah semuanya disamakan baik itu dari ekonomi
tinggi maupun ekonomi rendah dan aturan-aturan yang berlaku baik itu dalam
lingkungan sekolah maupu dalam msyarakat, ada norma-norma yang mengatur
kehidupan manusia akan tetapi ada oknum-oknum tertentu yang tidak mematuhi
sehinga dapat menimbulkan kesenjangan social.
b. Perlakuan adil
setiap manusia dapat melihat
perlakuan adil itu dari sudut pandang masing-masing, sehingga tanggaapannya
mungkin sama dan mungkin juga tidak sama antara satu dengan yang lainnya.
Kemungkinan ketidaksamaan itu terletak pada nilai bobot kualitas perlakuannya berbeda, maka timbullah gradasi
peerlakuan dari perlakuan adil keperlakuan yang kurang adil sampai keperlakuan
yang tidak adil. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari prilaku adil, dalam
kehidupan sehari-hari kita telah melakukan ibadah menurut keyakinan nya
masing-masing ini juga merupakan penyataan adil kita terhadap waktu dalam
artian kita dapat membagi waktu dengan baik karena perlakuan adil itu bermula
dari kesadaran kita sendiri.
c. Prilaku tidak adil
sebaliknya,
apabila perlakuan manusia tidak disadari oleh rasa keadilan yang akan terjadi
adalah perlakuan tidak adil. Akibat perlakuan sewenang-wenang adalah
penderitaan dan ketidakpastian kehidupan manusia menjadi tidak menentu, tidak
tentram, dan gelisah bahkan mungkin kematian. Banyak contoh perlakuan tidak
adil baik yang terungkap dalam kehidupan nyata maupun dalam karya cipta.
Pada
tanggal 8 januari 1987, dalam harian suara karya Jakarta diberitakan
tentang perlakuan tdak adil seorang presiden terhadap rakyatdan pejabat tinggi
negaranya. Presiden yang dimaksud adalah diktato jean Bedel Bokasa,
sebagaimana dikutip sebagai berikut:
Presiden Afrika tengah jean bedel
bokasa ketika masih berkuasa memerintahkan membunuh seorang wanita bernama
Monique yimale, karena wanita ini memiliki empat buah dada.
Keadilan
manusia yang terjadi dalam hubungan antara sesama manusia dapat dibedakan
menjadi 3 ( tiga) macam , yaitu keadilan koordinatif, subordinatif, dan
superordinatif. Ketiga macam keadilan ini mempuyai arti tersendiri diantaranya:
• keadilan koordinatif
Keadilan koordinatif terjadi dalam
hubungan antara sesama anggota masyarakat (anggota kelompok ). Dalam hunungan
tersenut kedudukan pihak-pihak tersebut setara, sejajar, dan tidak melebihi
sata sama lain. Menurut prof. Djojodigoeno (1956) hubungan koordinatif
dibedakan dua tipe yaitu: hubungan pamrih dan hubungan pengutuban. Dalam
hubungan pamrih tiap pihak dibebani kewajiban dan diberi hak yang seimbang, dan
harus saling memenuhi kewajiba untuk memperoleh hak nya. Ukuran keadilan
biasanya sudah ditetapkan berupa nilai atau harga yang sama antara kewajiban
dan haknya
• keadilan subordinatif
Keadilan
subordinatif terjadi dalam hubungan dengan penguasa atau warga negara dengan
pemerintah. Anggota rakyat telah memilih dan mengangkat pemimpinnya sebagai
penguasa, penguasa wajib memenuhi tuntutan rakyat secara wajar, berarti adil.
Apabila penguasa menjadi dictator dan memerintahkan semaunya sendiri, ini tidak
adil. Keadilan subordinate dapat terjadi karena rakyat telah bersedia
melaksanakan kewajiban atau pengabdian terhadap negara, tentunya saling
memahami sebagai penguasa dan rakyat atas tugasnya atau kedudukannya
masing-masing.
• keadilan superordinstif
Keadilan
superordinatif terjadi dalam hubungan penguasa dengan rakyat atau pemerintah
dengan warga negaranya,dalam hubungan superordinatif inisiatif pelaksanaan
memenihi kebutuhan rakyat dimulai dari penguasa terhadap rakyat. Pemenuhan
kebutuhan rakyat oleh penguasa merupakan realisasi janji penguasa terhadap
rakyat ketika akan diangkat sebagai penguasa, apabila penguasa telah
melaksanakan program dengan baik mulai dari pembangunan, kesehatan ,dan
kesejahteraan rakyat, keseragaman hidup dalam masyarakat akan tejamin dan
tingkat kesedaran manusia lebih baik sehingga nilai kesederajatan manusia mudah
di cerna dan diterima dalam kehidupan sehari-hari.
d. keadilan Tuhan
Keadilan
Tuhan terjadi dalam hubungan manusia dengan Tuhan, keadilan Tuhan bersifat
mutlak. Tuhan adalah pencipta segalanya, karena manusia itu adalah makhluk
ciptaannya sudah adil apabila dalam hubungan manusia dengan Tuhan itu manusia
harus mengabdi kepada Tuhan. Prof. Dr. Harun Nasution menyatakan bahwa keadilan
ajaran yang sangat penting dalam agama, keadilan disini adalah kehendak atau
kekuasaan Tuhan. Manusia hidup sesuai dengan kekuasaan Tuhan. Manusia bebas
mengunakan akalnya untuk mewujudkan kehendaknya baik atau pun buruk.
C. MELESTARIKAN KESERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN
• Kesadaran sebagai manusia
sebagai manusia kita sadar akan apa
yang dihrapkan oleh mesip manusia, apa bila kita dapat melestarikan keseragaman
dan kesederajatan manusia dalam
kehidupan sehari-hari tentunya akan membawa keharmonisan, perdamaian, dan
suasana yang sehat.
• Tanggung Jawbab sebagai Manusia
Seorang mau bertanggung jawab karena
ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibnyab bagi diri
sediri dan bagi kepentingan pihak lain, atau bagi alam lingkungan atu bagi
Tuhan. Tanggung jawab adalah salah satu agar keseragaman dan kesederajatan
dapat menjadi cuan kita.
Atas dasr hubungn dengn pihak lain
atau alam lingkungan dan Tuhan, dapat dikenal dan diinventarisasikan beberapa
ragam tipe tanggung jwab :
• tanggung jawab kepada diri sendiri
• tanggung jawab kepda keluarga
• tanggug jawbab kepada sesame manusia
• tanggnug jawab kepada lingkungan / alam
• tanggung jawab kepada Tuhan
Tipe-Tipe ini yang nantinya membwa
manusia menuju kesadaran bahwa manusi saling membutuhkan satu sama lain.
D. MASALAH KESERAGAMAN DAN
KESEDERAJATAN
• Banyak manusia yang tahu tentang peraturan dan hukum
akan tetapi masih banyak yang belum mengetahui dan masih
banyak yang belum mempunyai kesadaran
untuk menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini manusia
sangat berpengaruh pada linngkungan tempat tinggalnya. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia telah
diatur dengan pancasila dan undang-undang
daras 1945 yang menjadi landasan hidup. Namun masih banyak yang belum dapat memahami dan menerapkan dalam kehidupan.
Ada beberapa factor antara lain:
1. Faktor keturunan
Faktor
yang mengatakan bahwa sifat dan bakat anak itu diturunka dari orang tuanya atau
pembawaan anak yang dibawa sejak lahir.
2. Faktor lingkungan
Faktor ini mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap kepribadian anak. Faktor lingkugan itulah dari
pengalaman-pengalaman yang memperkaya pengetahuan manusia.
3. Faktor diri (Self)
Merupakan
factor yang berasal dari diri sendiri. Faktor ini dapat berupa motivasi dari
diri manusia sendiri berupa hal-hal yag unik dari manusia sendiri,
misalnya:kecerdasan yang berbeda, sikap yang berbeda, watak atau tabiat, dan
lain-lain.
4. Faktor religi.
Keyakinan
terhadap pencipta membuat manusia berusaha untuk memahami perbedaaan, serta
menyeimbangkan factor-faktor diatas. Sehingga, tercapailah kesederajatan dalam
hidup.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Keseragaman
dan kesederajatan merupakan keinginan dan tujuan setiap manusia dalam menjalani
kehidupan agar tercipta suasana yang harmonis, aman, tentram, dan damai. Menciptakan
suasana yang indah adalah tujuan kita bersama, Tanggung
jawab manusia untuk melakukan introspeksi diri dalam menjalani kehidupannya,Tanpa
keseragaman dan kesederajatan alangkah meruginya kita sebagai mnusia yang
didalam nya terdapat potensi-potensi yang tidak dimiliki ciptaan Tuhan selain
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana, Sultan Takdir, prof. Dr. S.H. 1981. Kebudayaan dan peradaban.
2000,
Pendidikan, kebudayaan madani Indonesia, Bandung:Remaja rosda karya .
HAR Tilaar, 1999, pendidikan, kebudayaan dan masyarakat
madani Indonesia, strategi Reformasi pendidikan Nasional, Bandung: Remaja rosda
karya.
Koentjaraningrat,
prof. Dr. 1982, kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. penerbitGramedia.
Jakarta.
Darmono, Sapardi Djoko, prof. Dr.
1981. Tanggung Jawab.
Langganan:
Postingan (Atom)